Latar
Belakang
Bermula
dari krisis ekonomi akhir tahun 1997 sampai awal tahun 1998,
hingga masa transisi ekonomi diera pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono, dapat
dikatakan bahwa Indonesia telah
mengalami suatu proses pembangunan ekonomi yang spektakuler, paling tidak di
tingkat makro (agregat). Keberhasilan ini dapat diukur dengan sejumlah
indikator ekonomi makro, dua diantaranya yang umum digunakan adalah tingkat
pendapatan nasional per
kapita dan laju pertumbuhan PDB per tahun (Tambunan, 2001). Wakil Presiden
Boediono percaya bahwa,
Indonesia memiliki pijakan yang kuat untuk mempercepat pembangunan ekonomi, beliau mengatakan pembangunan
ekonomi sebagian didorong oleh program berorientasi pada kesejahteraan rakyat. Namun,
tantangan terbesar di masa depan adalah lebih pada
faktor eksternal bukan internal, dengan
ketidakpastian yang masih berlaku dalam ekonomi global (Anonymous, 2010).
Salah
satu indikator yang sangat penting dalam menganalisisi pembangunan ekonomi yang
terjadi di suatu negara adalah pertumbuhan ekonomi. Pada dasarnya pembangunan
ekonomi dan pertumbuhan ekonomi mengandung makna yang berbeda. Pembangunan
ekonomi pada umumnya didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan
kenaikan pendapatan rill perkapita
penduduk suatu negara dalam jangka panjang yang disertai oleh sistem
kelembagaan. Adapun pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan GDP atau GNP
tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat
pertumbuhan penduduk, atau apakah pertumbuhan struktur ekonomi terjadi atau
tidak (Arsyad, 1999).
Pertumbuhan
ekonomi Indonesia terus mengalami kenaikan dari tahun 2008 sampai dengan tahun
2012. Pada tahun 2008 pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 6.1 persen dan
menurun pada tahun 2009 dikarenakan adanya krisis keuangan secara global
sehingga pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat menjadi 4.5 persen. Akan tetapi
pada tahun 2010, 2011 dan tahun 2012 rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia
mengalami kenaikan mencapai diatas 6 persen pertahun (Gambar 1).
Gambar 1: Pertumbuhan
Ekonomi Indonesia dan Dunia 2008-2012 (%)
Countries
|
2008
|
2009
|
2010
|
2011
|
2012
|
Indonesia
|
6.1
|
4.5
|
6.1
|
6.4
|
6.7
|
Malaysia
|
4.6
|
-3.6
|
7.2
|
5.3
|
5.3
|
Singapura
|
1.1
|
-3.3
|
14.5
|
5.5
|
4.8
|
Thailand
|
2.6
|
-3.5
|
7.8
|
4.5
|
5.3
|
Filipina
|
3.8
|
1.0
|
7.3
|
5.0
|
5.3
|
China
|
9.0
|
8.5
|
10.3
|
9.6
|
9.2
|
India
|
7.3
|
5.4
|
8.6
|
8.2
|
8.8
|
Negara sedang
berkembang
|
6.1
|
2.1
|
6.0
|
6.6
|
6.4
|
Negara maju
|
0.5
|
-3.2
|
2.1
|
2.2
|
2.6
|
Sumber
: Dikutip dari handout General Business
Environment Recent Monetary
and Fiscal Policy Amid the Global Financial
Crisis, Kuncoro, Mudrajat., IMF
(2011);
ADB (2011), BPS (2010), Kemenkeu (2010)
Note.
Pertumbuhan
ekonomi yang tinggi dapat menjadi indikator keberhasilan negara dalam
menjalankan roda pembangunan, yang pada akhirnya akan dipergunakan
sepenuh-penuhnya bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Salah satu upaya
yang dilakukan pemerintah untuk memacu pertumbuhan ekonomi ke tingkat yang
lebih baik adalah dengan mendorong peningkatan investasi di segala sektor, baik
melalui pinjaman atau utang luar negeri pemerintah maupun penanaman modal asing
yang kemudian memberikan dampak terhadap
peningkatan sarana prasarana
yang dapat mendukung produktivitas dan akhirnya mampu menstimulasi pertumbuhan
ekonomi melaui perluasan
kesempatan
kerja dan kenaikan permintaan terhadap barang dan jasa (Yuswar, 2005).
Dalam
ilmu ekonomi banyak terdapat teori pertumbuhan ekonomi. Teori–teori tersebut
berkenaan dengan dinamika pertumbuhan ekonomi yang dikembangkan oleh pemikir dan
aliran teori pertumbuhan ekonomi Adam Smith, pertumbuhan ekonomi David Ricardo,
teori pertumbuhan ekonomi Harrod-Domar (pendekatan Neo Keynes), dan teori pertumbuhan ekonomi Solow Swan (Pendekatan Neo Klasik).
Pendapatan
per kapita adalah pendapatan rata-rata penduduk di suatu negara. Pendapatan per kapita diperoleh dari
hasil pembagian pendapatan nasional suatu negara dengan jumlah penduduknya.
Pendapatan per kapita juga merefleksikan produk domestik bruto (PDB) per
kapita. Pendapatan perkapita
merupakan indikator yang digunakan secara luas untuk mengukur tingkat
kesejahteraan suatu masyarakat. Walaupun demikian harus diakui bahwa tingkat
kesejahteraan suatu masyarakat yang diukur menggunakan indikator pendapatan per
kapita mengandung beberapa kelemahan karena hanya memberi indikator rata –
rata. Pada tahun 2012 pendapatan per kapita rakyat Indonesia
mencapai
US$ 3.542 atau setara Rp 31,8 juta. Dengan pendapatan per kapita yang terus meningkat,
membuat masyarakat memiliki kemampuan daya beli yang tinggi, hal ini berdampak
pada banyaknya perubahan gaya hidup sosial yang terjadi di Indonesia. Hampir
setiap rumah di Indonesia rata-rata memiliki satu sepeda motor, hal ini tidak
terlepas dari mudahnya membeli sepeda motor secara kredit yang ditawarkan para
dealer-dealer sepeda motor.
Analisis
Gambar 2 : Motorcycle Production Wholesales Domestic
and Exports
Year
|
Production
|
Wholesales
|
Exports
|
1996
|
1,425,373
|
1,376,647
|
50,255
|
1997
|
1,861,111
|
1,801,090
|
51,816
|
1998
|
519,404
|
433,549
|
84,363
|
1999
|
571,953
|
487,751
|
99,651
|
2000
|
982,380
|
864,144
|
115,278
|
2001
|
1,644,133
|
1,575,822
|
74,948
|
2002
|
2,318,241
|
2,287,706
|
30,285
|
2003
|
2,814,054
|
2,809,896
|
13,806
|
2004
|
3,897,250
|
3,887,678
|
12,840
|
2005
|
5,113,487
|
5,074,186
|
15,308
|
2006
|
4,458,886
|
4,428,274
|
42,448
|
2007
|
4,722,521
|
4,688,263
|
25,632
|
2008
|
6,264,265
|
6,215,830
|
64,971
|
2009
|
5,884,021
|
5,851,962
|
29,815
|
2010
|
7,395,390
|
7,369,249
|
29,395
|
2011
|
8,006,293
|
8,012,540
|
30,995
|
2012
|
4,311,019
|
7,064,457
|
77,129
|
2013
(Jan)
|
662,920
|
646,082
|
3,901
|
Sumber
:Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI)
Berdasarkan gambar.2 motorcycle production wholesales domestic and exports, saya mencoba melakukan analisis bagaimana pertumbuhan
ekonomi Indonesia terhadap industri otomotif khususnya sepeda motor dengan
menggunakan analisis SWOT. Menurut kurtz (2008), SWOT analisis adalah suatu
alat perencanaan strategik yang penting untuk membantu perencanaan untuk
membandingkan kekuatan dan kelemahan internal organisasi dengan kesempatan dan
ancaman dari eksternal.
Threats
Yang
menjadi ancaman dalam pertumbuhan industri otomotif sepeda motor adalah
regulasi dari pemerintah dan harga minyak dunia yang terus meningkat. Dengan
adanya surat edaran
Bank Indonesia No 14/10/DPNP tanggal 15 Maret 2012 perihal penerapan manajemen
risiko pada bank yang melakukan pemberian kredit pemilikan rumah (KPR) dan
kredit kendaraan bermotor (KKB), terlihat
jelas bahwa setelah adanya regulasi dari pemerintah dalam hal ini adalah Bank
Indonesia berdampak pada penuruan production
dan wholesales pada industry otomotif sepeda motor di Indonesia (gambar.2).
Ancaman kedua adalah terus meningkatnya harga minyak dunia, saat ini harga
bahan bakar minyak di Indonesia masih tergolong murah dibandingkan dengan negara-negara
tetangga seperti Malaysia, Singapura dan Thailand. Hal ini dikarenakan adanya
subsidi dari pemerintah pusat, jika harga minyak dunia terus-menerus meningkat,
pemerintah tentunya akan membuat kebijakan berupa menaikan harga bahan bakar
minyak agar tidak membebani anggaran APBN. Jika terjadi kenaikan harga bahan
bakar minyak, akan membuat masyarakat berfikir kembali untuk melakukan
pembelian sepeda motor.
Strength &
Opportunities
Dengan pendapatan
per kapita rakyat Indonesia mencapai US$ 3.542 atau setara Rp 31,8 juta dan jumlah
penduduk mencapai 240 juta jiwa (BPS, 2013) yang diprediksi akan terus
meningkat membuat penjualan industri
otomotif khususnya sepeda motor di Indonesia akan semakin meningkat. Rata-rata
setiap rumah tangga di Indonesia mereka memiliki satu sepeda motor, peningkatan
penjualan sepeda motor di Indonesia juga akan terus meningkat diakibatkan oleh
harga bahan bakar minyak yang relative terjangkau untuk masyarakat yang
pendapatan perkapitanya mencapai US$ 3.542 atau setara Rp 31,8 juta seperti di
Indonesia. Masih buruknya pelayanan transportasi umum dan adanya moda
transportasi umum yang memadai akan membuat industri sepeda motor di Indonesia
akan terus berkembang, masyarakat lebih memilih membeli sepeda motor dengan
harga Rp 10-13 juta dari pada menghabiskan uang mereka untuk membayar atau
menggunakan transportasi umum. Strategi yang digunakan terhadap regulasi
pemerintah (Bank Indonesia) dan fluktuasi harga minyak dunia adalah dengan
cara, para produsen sepeda motor menggembangkan inovasi membuat sepeda motor
yang irit bahan bakar dan ramah lingkungan sehingga membuat konsumen (masyarakat
Indonesia) tertarik untuk membeli sepeda motor yang irit dan ramah lingkungan
tersebut. Sedangkan startegi untuk surat
edaran Bank Indonesia No
14/10/DPNP perihal penerapan manajemen risiko pada bank yang melakukan
pemberian kredit pemilikan rumah (KPR) dan kredit kendaraan bermotor (KKB), ini bisa dilakukan dengan cara produsen sepeda motor
membuat produk sepeda motor yang diinginkan oleh konsumen berdasarkan riset
pasar (desain yang unik, atau warna yang menarik) dengan pendapatan per
kapita rakyat Indonesia yang mencapai mencapai US$ 3.542 atau setara Rp 31,8 juta dan akan
terus meningkat setiap tahunnya akan membuat adanya daya beli yang besar dari
masyarakat sehingga dimungkinkan masyarakat akan melakukan pembelian pada
produk-produk sepeda motor yang mereka inginkan.
Kesimpulan
Pertumbuhan
ekonomi yang terus membaik dan meningkat di Indonesia, dengan pendapatan per
kapita sebesar US$ 3.542 atau setara Rp 31,8 juta pada tahun
2012 membuat banyak perubahan
khususnya perilaku gaya hidup sosial bagi masyarakat di Indonesia. Para
keluarga yang sudah menyentuh pendapatan perkapita tersebut akan mengajak
anak-anaknya menikmati hiburan yang
lebih berkualitas (pergi ke bioskop,
mall, taman bermain indoor yang berbayar
seperti trans studio), membeli bacaan-bacaan
atau menyekolahkan anaknya pada sekolah
yang berkualitas, berlibur yang lebih jauh dengan fasilitas yang lebih baik dan lain sebagainya. Fenomena perubahan sosial gaya hidup masyarakat
ternyata juga berdampak pada meningkatnya penawaran masayarakat terhadap produk
sepeda motor. Dengan pertumbuhan industri sepeda motor yang terus berkembang,
membuat semakin padatnya jumlah kendaraan dan meningkatnya polusi, kecelakaan
yang ada dijalan raya. Sudah seharusnya pemerintah Indonesia memikirkan
bagaimana pertumbuhan industri sepeda motor selaras dengan pembangunan Ekonomi
di Indonesia. Pembangunan jalan raya, perbaikan layanan moda transportasi serta
memperbaiki infrasturktur yang ada adalah solusi untuk mengendalikan banyaknnya
jumlah kendaraan sepeda motor di Indonesia yang mayoritas mengkonsumsi bahan
bakar minyak bersubsidi.
.Daftar Pustaka
·
Arsyad,
Lincolin., (1999), Ekonomi Pembangunan, STIE YKPN, Yogyakarta.
·
Basri, Zainun
Yuswar., Subri, Mulyadi., (2005), Keuangan Negara dan Analisis Kebijakan Utang
Luar Negeri , Rajwali Press, Jakarta.
·
Indonesia Poised
for Big Leap In 2011 Economic Development : VP Anonymous. Asia 2010.
·
Kurtz, David.
L., (2008), Principles of Contemporary Marketing, Thomson, South Western.
·
Kuncoro,
Mudrajat., (2013), Handout General Business Environment: Recent Monetary and
Fiscal Policy Amid the Global Financial Crisis, Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta
·
Tambunan,
Tulus., (2001), Perekonomian Indonesia : Teori dan Temuan Empiris, Penerbit
Ghalia Indonesia, Jakarta.