Sabtu, 04 Juli 2015

Solusi kemacetan Jakarta



Cara mengatasi kemacetan di Jakarta

Ada 2 jenis penyakit di DKI Jakarta yaitu Macet dan banjir. Entahlah sudah ada berapa gubernur DKI Jakarta yang berjanji akan mengatasi kemacetan di Jakarta, namun hasilnya belum juga terselesaikan. DKI Jakarta merupakan pusat pemerintahan, pusat perekonomian dan pusat kekuasaan, mayoritas pemuda Indonesia mempunyai mimpi yang sama yaitu menaklukan Jakarta! Jadi bayangkan saja dari 240 juta penduduk di Indonesia, 50% ingin menaklukan Jakarta betapa padatnya provinsi ini.
Kemacetan Jakarta sangat terasa saat jam berangkat dan pulang kerja, jalan tol yang memiliki definisi jalan bebas hambatan berubah menjadi seperti “gang sempit” yang penuh dengan kendaraan roda empat dan enam. Banyak sekali para ahli, konsultan dan orang-orang pintar pada bidang transportasi  yang didatangkan untuk menyelesaikan masalah ini, namun masalah kemacetandi Jakarta  tidak kunjung selesai.
Ibarat sebuah penyakit, kemacetan di Jakarta sudah mulai kronis, sudah banyak masyarakat yang  tinggal maupun bekerja di Jakarta mulai merasa tidak peduli dan memaklumi bahwa kemacetan merupakan budaya dari provinsi DKI Jakarta, mereka berpikir bahwa “ mungkin suatu saat nanti ketika saya sudah tua akan ada generasi yang akan memberikan solusi atas kemacetan di Jakarta” yang jadi masalah adalah kalimat tersebut sudah diucapkan sebelumnya oleh  generasi sebelum dan sebelum kita, dan mungkin juga akan diucapkan oleh generasi setelah kita.Penyakit Kemacetan ini sudah banyak diberikan obat seperti obat Trans Jakarta, kereta commuter line, larangan sepeda motor,  three in one dan yang akan datang obat MRT, obat-obat tersebut tidak langsung menyembuhkan penyakit  ini, namun hanya mengurangi rasa sakit penyakit tersebut.
Lalu bagaimana cara mengatasi kemacetan di Jakarta? Dengan keterbatasan dana APBD , APBN dan masih sedikitnya investor baik dalam maupun luar negeri untuk mendanai pembangunan Infrastruktur, ada obat yang mujarab untuk mengobati kemacetan di Jakarta, Solusinya adalah obat kepemimpinan yang tegas dan berani!  Tanpa disadari penyakit kemacetan di Jakarta terobati ketika ada 2 kejadiaan yaitu detik-detik pengumuman siapa pemenang presiden Indonesia tahun 2014 dan saat berlangsungnya Konferensi Asia Afrika.
Saat pengumuman siapa pemenang pemilu presiden Indonesia, kemacetan terobati  dikarenakan masyarakat ketakutan dan panik jika akan terulangnya kerusuhaan seperti 1998, toko, mall dan beberapa pusat perkantoran tutup.  Beda dengan saat pengumuman pemenang presiden 2014, Konferensi Asia Afrika (KAA) 2015 di Bandung adalah bukti nyata bahwa kemacetan saat ini di Jakarta hanya bisa di obati dengan kepemimpinan yang tegas dan berani.
Seluruh akses jalan dari bandara Soekarno Hatta, tempat para tamu undangan menginap hingga tempat acara di Bandung  di seterilkan, seolah-olah tamu undangan dari luar negeri akan disajikan betapa indah, bagus, bersih dan majunya bangsa kita dengan bangunan-bangunan bertingkat yang berjajar di kawasan segitiga emas Thamrin-Sudirman dan Gatot Subroto  hingga lancarnya jalan tol dari Jakarta menuju Bandung. Betapa sedihnya kita sebagai tuan rumah di negara kita sendiri tidak pernah melihat hal seperti itu. Tapi jangan terlalu bersedih hati, kita cari solusinya agar kita bisa melihat pemandangan yang sama seperti para tamu undangan KAA.

Saat berlangsungnya KAA  ada ketegasan, himbauan dari pemerintah baik pusat maupun daerah agar  tidak melewati jalan ini-itu, buka-tutup jalan dan berbagai jenis obat kemacetan yang diberikan agar para tamu undangan bisa dengan mudah dan lancar mengikuti acara KAA dari Jakarta ke Bandung. Jalan Tol kembali ke definisi aslinya “jalan bebas hambatan”, namun ada beberapa sudut lain jalanan di Jakarta yang sibuk dengan kemacetan di karenakan adanya pemberiaan kebijakaan obat tersebut.  Coba bayangkan jika KAA berlangsung setiap hari apa yang terjadi? Masyarakat yang tinggal dan bekerja di Jakarta terpaksa akan menggunakan alat transportasi umum seperti Trans Jakarta, Kopaja, Commuter Line dan mungkin MRT jika sudah jadi nanti.
KAA 2015 sudah berakhir, namun secara konsep pengalihan dan rekayasa lalu lintas masih bisa di gunakan untuk mengatasi kemacetan di Jakarta. Masih ada cara yang lebih ekstrem lagi yaitu mengganti denda bagi kendaraan yang masuk jalur trans Jakarta dengan pemerintah akan menggambil hak kepemilikan kendaraan pribadi tersebut, kemudiaan PEMDA DKI akan melelang kendaraan tersebut, dan hasil dari lelang tersebut akan digunakan untuk mendanai penambahan bus atau perluasaan jalur trans Jakarta.n
Untuk jalan tol yang selalu macet khusunya dari arah tol slipi hingga bekasi, bisa diatasi dengan cara terapkan tarif yang premium Rp 50.000 per kendaraan pribadi yang akan masuk tol, mereka yang kaya juga akan dengan mudah menggeluarkan uang Rp 50.000, seperti halnya mereka menggeluarkan uang untuk menonton film di bioskop. Bagi kalangan menengah, menengah kebawah bisa menggunakan fasilitas transportasi umum. Hasil dari kenaikan tarif tol bisa digunakan untuk memperluas pembangunan jalan tol.
Memang dengan berlakunya kebijakan-kebijakan tersebut akan menimbulkan pro dan kontra, akan banyak pihak yang berusara-bernyanyi untuk menentang kebijakan tersebut mulai dari omset penjualan kendaraan menurun, hak asasi dan lain-lain. Namun saat ini itulah salah satu obat solusi yang bisa menyembuhkan penyakit kemacetan di Jakarta, seperti kata John Fitzgerald Kennedy “Jangan tanyakan apa yang negara ini berikan kepadamu, tapi tanyakan apa yang telah kamu berikan kepada negaramu.”